Sabtu, 09 Juli 2011

GAJI DA'I DENGAN GAJI PRESIDEN

Harga seorang manusia adalah pada pikirnya. Berbeda dengan binatang, sepuluh ekor kerbau atau sapi tetapi ada yang gemuk atau yang kurus maka harganya pun berbeda. Karena harga sapi pada dagingnya tentu sapi yang paling gemuk harganya lebih mahal. Begitupun harga seorang burung perkutut misalnya adalah pada keindahan suaranya, harga seekor kuda adalah pada kecepatan berlarinya, dan lain-lain. Tetapi harga seorang manusia adalah terletak pada akal pikirannya.

Diumpamakan dengan seorang Kepala Desa. Dia memikirkan kemajuan dan kesejahteraan desanya. Ia pun mendapatkan gaji tetapi gajinya itu tidak lebih tinggi dari seorang camat yang pikirnya lebih tinggi yaitu memikirkan kemajuan dan kesejahteraan manusia satu kecamatan. Tapi gaji seorang Camat jauh di bawah seorang Bupati karena pikirannya lebih tinggi dibandingkan Camat yang hanya memikirkan masyarakat satu kecamatan sementara Bupati memikirkan kemajuan dan kesejahteraan manusia satu kabupaten. Gaji seorang Bupati lebih kecil dari gaji seorang Gubernur. Gubernur memeras otaknya untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya satu provinsi jadi sangat wajar bila gajinya pun lebih tinggi dari bupati. Tetapi kepala desa, camat, bupati dan gubernur gajinya jauh di bawah seorang Presiden. Karena lingkup wilayah dan pikirannya untuk kemajuan dan kesejahteraan ratusan juta rakyatnya di satu negara maka tidak heran bila gaji seorang Presiden paling tinggi.

Tetapi gaji presiden masih kalah dengan seorang Da’i akhir jaman. Ia memikirkan keselamatan seluruh manusia di seluruh alam agar mengalami kesuksesan hidup, kejayaan dan keberuntungan di dunia dan di akhirat. Sementara yang menggajinya adalah Allah Swt yang menghidupkan manusia, presiden, gubernur dan lain lain. Sudah tentu gaji dari Allah tidak bisa dibayangkan dan dibandingkan dengan harta benda dunia yang sementara, semu dan sedikit ini. Maka meletakkan pikir sebagaimana pikir Rasulullah saw yang diutus untuk ummat seluruh alam adalah sebuah keniscayaan. Dengan pikir yang paling tinggi yaitu “seluruh alam” tetapi kerja amalan “maqami” (musyawarah masjid, talim rumah, “jaula” keliling mengajak umat untuk taat kpd Allah) dan “intiqali” (Shalat Sunnat, zikir, membaca al Quran, ta’lim, menundukkan pandangan, shalat fardhu di masjid) yang maksimal, meningkat, istikhlas dan istiqamah maka Insya Allah seorang Da’i akan dipilih, digunakan dan dijadikan penyebab turunnya hidayah ke seluruh alam. Amin

1 komentar: